Gg. H. Bejon dan Jl.H. Brit

Blockquote












Gg. H. Bejon dan Jl.H. Brit

Entah kenapa kali ini gue ingin nulis tentang riwayat nama jalan dan nama gang di daerah gue. Kali ini ilmu penelitian sejarah nampaknya bisa terpakai untuk menggali sumber tentang riwayat nama tokoh yang diabadikan menjadi jalan.

Gg. H. Bejon tepat berdiri di halaman rumah gue, setahun lalu, awalnya sih gue biasa aja, nggak ada yang spesial. Nama gang ini menjadi unik tatkala temen gue si Oky dan Jamil selalu mengolok-olok jalan di rumah gue, ya terkesan memang kampungan, nggak ada elit-litnya. Tapi entah kenapa gue sekarang merasa ini adalah suatu kajian historis dan sosial yang perlu diketahui oleh orang banyak.

Ok, sekarang sebelum gue membahas tentang Gg. H. Bejon, gue mau kirim doa dulu semoga arwah almarhum mendapat tempat yang layak disisi mu ya Allah. Amin.

Gue mau jelasin dulu tentang jl. H. Brit. Terletak di kavling DKI blok 63, RW 10, kelurahan Meruya Utara, Kembangan, Jakarta Barat. H. Brit adalah seorang tokoh agama yang sangat dikagumi karena keshalihannya. “Beliau itu seorang penganut tasawuf, saking taatnya dia tidak tega untuk membunuh semut atau nyamuk yang menghampirinya”. Ujar pak H. Satiri, salah seorang tokoh yang menceritakan tentang sosok H. Brit.

Selain terkenal penganut islam yang taat, beliau juga memiliki tanah yang cukup luas dijalan tersebut. Karena tidak memiliki keturunan, maka tanahnya diwakafkan untuk pembangunan masjid, ada dua lahan yang diwakafkan yaitu lahan masjid Al-hikmah dan masjid Al-Ma’wah. Sangat disayangkan ketika gue ingin menemui sanak-saudaranya untuk menggali informasi, ternyata sudah tidak ada lagi yang tinggal di kawasan tersebut, atau bahkan sudah tidak ada lagi keturunan yang tersisa.

Jalan ini lumayan panjang, dan disepanjang jalan terdapat jajaran tanaman hias yang diperjual belikan. Macam-macam mulai dari palem botol, bonsai, kuncup merah, soka, kamboja, dll

Di sepanjang jl. H Brit ada gang sempit penghubung rumah yang menjorok ke dalam jalan dengan jalan utama. Diantaranya ada nama Gg. H. Naim dan Gg H. Bejon. Ternyata ada cerita historis yang cukup unik dari nama tersebut.

Gg. H. Bejon di ambil dari nama engkongnya bokap gue, umur bokap gue aja lumayan tua, apalagi engkongnya, terbayang gue masa penjajahan belanda taon 1900 an awal. Bokap gue aja belom sempet ketemu sama babehnya, karena keburu meninggal waktu umurnya 3 tahun. Nah apalagi H. Bejon, kagak tahu bokap gue bentuk rupanya seperti apa.

Dari penuturan bokap gue, didapatkan informasi, bahwasanya H. Bejon memilik 6 orang anak dari istri pertama dan 3 orang anak dari istri mudanya. Nah Bokap gue keturunan drai anaknya yang nomor 3(udah deh ya kagak perlu gue sebutin namanya siapa bisa berabeh deh urusan).Beliau pernah menunaikan Haji pada jaman belanda dengan menggunakan kapal layar yang lamanya sampe tujuh bulan.

Entah dapet wangsit dari mana tuh, keponakannya babeh ingin memberikan nama gang sempit menjadi gang yang terkenal dan populer di mata masyarakat. Walah hasil dengan perundingan yang lumayan alot, disepakati bahwasanya gang keluarga tersebut dinamai H. Bejon, sesuai dengan asal usul keluarga besarnya bokap gue. Entahlah tuh gang sudah di resmikan oleh dinas PU atau belom,yang pasti itu plang sudah berdiri tepat digang rumah gue.

Dijaman sekarang kondisi masyarakat dari jalan H. Brit adalah sebagian besar tanahnya adalah tanah kavling DkI yang dijual kepada pendatang yang punyai duit banyak, terlihat dari bangunan rumahnya yang gedong dan mewah. Bagaimana dengan kondisi masyarakat pribuminya, masyarakatnya masih sebagian besar berdagang tanaman hias, dihalaman rumah dan menempati tanah kavling yang masih kosong. Sangat miris memang jika pedagang yang tidak memiliki tanahnya sendiri, harus siap angkut pohon dan angkat kaki beserta sendalnya, jika sang empunya tanah ingin membangun rumah di tanahnya.

Sebagai masyarakat H. Brit gue sangat suka tinggal di sini, masih sangat asri, hijau , air tanahnya bagus, belum padet dan yang pasti jauh dari kebisingan kota. Entahlah dengan semakin banyaknya jumlah penduduk dan kebutuhan tempat tinggal, satu persatu tanah kosong berubah menjadi tiang-tiang rumah. Tak ada lagi kawasan hijau, gembala kerbau, suara kodok memanggil hujan.hopely Jl. Brit dan Gg. H. Bejon tetap jaya selalu, damai sentausa.



Komentar

annas syaroni mengatakan…
Ilmu sejarahnya bs diaplikasikan juga neng untuk skup yg lbh kecil. Keren . ..
Pojok Djidiastuty mengatakan…
oh iya dong mas,,, so pasti
Bari Flora mengatakan…
terima kasih sudah berbagi tentang sejarah kampung kite.
Pojok Djidiastuty mengatakan…
Kayaknya kita tetanggaan nih ya.

Postingan Populer